“Go Digital” telah menjadi mantra yang digaungkan selama bertahun-tahun, menempatkan digitalisasi sebagai solusi pamungkas bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun di lapangan, muncul sebuah sentimen skeptis yang kuat, bahkan kritik bahwa program ini tak lebih dari “omong kosong”. Mengapa? Karena banyak pelaku usaha merasa telah “online” namun hasilnya tidak sepadan dengan usaha yang dikeluarkan. Kritik ini valid dan harus dijawab, bukan dengan slogan baru, tetapi dengan langkah konkret yang mengubah teknologi dari sekadar gaya menjadi mesin penghasil profit (cuan).

Kesalahan fundamental yang sering terjadi adalah memandang digitalisasi sebagai tujuan, bukan alat. Banyak UMKM didorong untuk sekadar hadir di platform digital—membuat akun media sosial, mendaftar di marketplace, atau memiliki website statis. Aktivitas ini, jika tanpa strategi, hanya akan memindahkan etalase fisik ke etalase digital tanpa mengubah esensi bisnis. Inilah akar dari kekecewaan: energi terkuras untuk mengelola banyak kanal, namun pesanan tidak kunjung meningkat signifikan. Pelaku usaha terjebak dalam kesibukan digital, bukan produktivitas digital.

Langkah konkret pertama untuk keluar dari jebakan ini adalah memutar fokus: dari eksternal ke internal. Digitalisasi yang sesungguhnya dimulai dari “dapur” usaha Anda. Sebelum gencar berpromosi, manfaatkan teknologi untuk membereskan operasional internal. Gunakan aplikasi kasir (Point of Sale) gratis untuk mencatat setiap transaksi secara otomatis. Manfaatkan spreadsheet sederhana atau aplikasi manajemen stok untuk mengontrol inventaris. Simpan data pelanggan dalam sebuah basis data yang rapi. Langkah-langkah ini mungkin tidak terlihat glamor, namun dampaknya fundamental. Anda berhenti mengandalkan ingatan dan buku catatan; Anda mulai memiliki data.

Setelah fondasi internal ini kuat, barulah langkah digitalisasi eksternal menjadi bermakna. Data transaksi dari aplikasi kasir memberi tahu Anda produk apa yang paling laris dan layak dipromosikan. Data pelanggan memungkinkan Anda mengirimkan penawaran personal melalui WhatsApp atau email. Data stok mencegah Anda menjual barang yang sudah habis di marketplace. Pemasaran digital Anda kini tidak lagi “tembak acak”, melainkan berbasis data yang solid dari operasional harian. Setiap rupiah yang dikeluarkan untuk iklan digital bisa diukur dampaknya terhadap penjualan.

Pada akhirnya, digitalisasi baru akan menghasilkan cuan ketika ia berhasil menjawab tiga pertanyaan bisnis inti: Apakah ia membuat operasional lebih efisien? Apakah ia membantu memahami pelanggan lebih dalam? Dan apakah ia mampu meningkatkan penjualan secara terukur? Jika jawabannya tidak, maka ia memang berisiko menjadi “omong kosong”. Namun, jika dimulai dari internal dan digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan, teknologi akan menjadi mitra strategis paling kuat bagi pertumbuhan UMKM di era modern.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *