Jakarta, 15 Agustus 2025– Harga sejumlah bahan pokok strategis seperti beras, cabai, dan minyak goreng terpantau kembali meroket di sejumlah pasar tradisional di seluruh Indonesia pada pertengahan Agustus 2025. Kenaikan signifikan yang menyentuh angka 10-15% ini sontak menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dan menambah tekanan pada pemerintah untuk menstabilkan harga.
Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa lonjakan harga ini dipicu oleh beberapa faktor fundamental. “Kita menghadapi kombinasi dampak musim kemarau panjang yang mempengaruhi jadwal panen di sentra-sentra produksi, serta kenaikan biaya logistik global yang berdampak pada harga komoditas impor seperti kedelai dan gandum,” kata Menteri Perdagangan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (15/8/2025).
Bank Indonesia juga menyoroti pelemahan nilai tukar Rupiah sebagai faktor yang menambah beban biaya impor bahan baku untuk industri pakan dan pangan olahan.
Namun, di luar penjelasan teknis tersebut, gejolak harga kali ini diwarnai oleh merebaknya isu sensitif di ranah publik. Narasi yang beredar luas di media sosial dan diperbincangkan di kalangan pedagang pasar menuding adanya praktik monopoli oleh segelintir perusahaan agribisnis besar, yang sebagian di antaranya memiliki afiliasi modal asing, dalam mengendalikan alur distribusi bahan pokok.
“Barang di tingkat distributor besar ada, tapi keluarnya ke pasar seperti diatur. Isu yang kami dengar, pemain-pemain raksasa ini yang ‘menggoreng’ harga,” keluh seorang pedagang beras di Pasar Induk Cipinang yang enggan disebutkan namanya.
Menanggapi isu ini, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) menyatakan bahwa investasi asing dalam industri pangan adalah hal yang lumrah untuk transfer teknologi dan efisiensi, namun ia menampik adanya praktik kartel yang disengaja untuk menaikkan harga.
“Kami semua tunduk pada regulasi pemerintah. Kondisi saat ini murni karena tantangan di sisi pasokan dan biaya produksi. Isu kontrol asing ini kontraproduktif dan menciptakan ketidakpercayaan yang tidak perlu,” ujarnya.
Dampak dari inflasi ini paling dirasakan oleh konsumen dan pelaku UMKM di sektor kuliner. Banyak pemilik warung makan dan produsen makanan ringan terpaksa menaikkan harga jual atau mengurangi ukuran porsi untuk bertahan. Pemerintah kini dihadapkan pada tugas ganda: tidak hanya melakukan operasi pasar untuk meredam harga, tetapi juga bekerja ekstra untuk memulihkan kepercayaan publik dengan memberikan transparansi penuh terhadap tata kelola rantai pasok pangan nasional.
Sumber: CNBC Indonesia