Ekonomi GIG, yang ditopang oleh para pekerja lepas atau freelancer, telah menjadi tulang punggung bagi banyak startup dan bisnis modern. Namun, di Eropa, model ini sedang menghadapi tantangan serius. Tuntutan akan hak-hak pekerja yang lebih baik, seperti upah minimum, jaminan sosial, dan status kepegawaian yang lebih jelas, telah mendorong lahirnya regulasi baru yang lebih ketat. Tren ini, meskipun terjadi di benua lain, memberikan sinyal penting bagi UMKM di Indonesia tentang bagaimana cara membangun hubungan kerja yang lebih berkelanjutan dan etis dengan para freelancer yang mereka andalkan.
Di Indonesia, penggunaan freelancer untuk posisi seperti desainer grafis, penulis konten, pengelola media sosial, dan pengembang web sangatlah umum. Model ini memberikan fleksibilitas dan efisiensi biaya yang tinggi bagi UMKM. Namun, hubungan kerja yang sering kali bersifat transaksional dan kurangnya perlindungan bagi pekerja lepas dapat menimbulkan masalah jangka panjang, seperti kualitas kerja yang tidak konsisten, tingkat perputaran (turnover) yang tinggi, dan kurangnya rasa memiliki (ownership) terhadap proyek. Belajar dari dinamika di Eropa, UMKM Indonesia dapat mengambil pendekatan yang lebih proaktif.
Langkah pertama adalah bergeser dari hubungan transaksional ke relasional. Anggaplah freelancer andalan Anda bukan sebagai vendor sekali pakai, tetapi sebagai bagian dari tim eksternal Anda. Komunikasi yang jelas dan teratur, memberikan pengarahan (briefing) yang detail, serta melibatkan mereka dalam diskusi strategis (jika relevan) dapat meningkatkan keterlibatan secara signifikan. Memberikan apresiasi atas pekerjaan yang baik dan membayar faktur tepat waktu adalah fondasi dasar yang sering kali disepelekan namun sangat krusial dalam membangun kepercayaan.
Langkah kedua adalah menawarkan kompensasi dan kontrak yang adil. Meskipun tidak terikat oleh aturan upah minimum formal untuk freelancer, UMKM yang bijaksana akan melakukan riset untuk menawarkan tarif yang kompetitif dan sesuai dengan standar industri. Buatlah kontrak kerja sederhana yang menguraikan dengan jelas ruang lingkup pekerjaan, jumlah revisi yang wajar, tenggat waktu, dan skema pembayaran. Kontrak ini tidak hanya melindungi UMKM secara hukum, tetapi juga memberikan kepastian dan rasa hormat kepada freelancer. Pertimbangkan untuk menawarkan bonus berbasis kinerja atau bahkan proyek jangka panjang (retainer) bagi mereka yang kinerjanya konsisten.
Pada akhirnya, membangun ekosistem kerja yang sehat dengan para freelancer adalah investasi cerdas. UMKM yang dikenal sebagai klien yang baik—yang menghargai, membayar dengan adil, dan berkomunikasi dengan jelas—akan menarik talenta-talenta lepas terbaik. Di saat bisnis lain kesulitan mencari pekerja berkualitas, Anda akan memiliki “pasukan” profesional eksternal yang loyal dan siap membantu bisnis Anda bertumbuh. Mengadopsi etika kerja yang lebih baik bukan hanya tentang mengikuti tren global, tetapi tentang membangun fondasi sumber daya manusia yang tangguh dan berkelanjutan untuk masa depan bisnis Anda.