Neuroteknologi adalah bidang inovasi yang memungkinkan komunikasi langsung antara sistem saraf (otak) dan perangkat eksternal. Dulu, teknologi ini hanya digunakan di rumah sakit untuk membantu pasien lumpuh mengontrol kursi roda atau anggota badan prostetik. Namun, kini, neuroteknologi sudah memasuki pasar konsumen melalui perangkat yang disebut Brain-Computer Interface (BCI) yang non-invasif (tidak perlu bedah).

BCI konsumen ini, yang sering berbentuk headset atau earbud canggih, dirancang untuk melacak dan membaca aktivitas gelombang otak. Tujuan awalnya adalah meningkatkan kinerja, seperti membantu kita fokus lebih baik, mengukur tingkat stres secara akurat, atau bahkan mengontrol perangkat digital hanya dengan pikiran. Para ahli memprediksi pasar BCI konsumen akan meledak dalam beberapa tahun ke depan, mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital.

Peluang dan Ancaman Baru

Kehadiran BCI konsumen membuka peluang luar biasa, misalnya membantu pelajar meningkatkan memori dan konsentrasi mereka saat belajar, atau menyediakan alat baru untuk terapi kesehatan mental. Namun, di balik kemajuan ini, muncul pertanyaan etika dan batasan yang sangat mendasar.

Masalah utama adalah privasi mental atau Neuro-Privacy. Data otak kita sering disebut “Neurodata” adalah informasi paling intim yang dimiliki seseorang. Data ini bisa mengungkapkan emosi, pola pikir, bahkan kecenderungan psikologis yang tidak kita sadari. Jika perusahaan teknologi mulai mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis Neurodata ini, siapa yang menjamin data itu tidak akan disalahgunakan?

Bayangkan jika perusahaan asuransi menggunakan Neurodata untuk menilai risiko kesehatan mental kita, atau perusahaan iklan memanfaatkannya untuk memicu respons emosional tertentu. Ini adalah potensi manipulasi di tingkat kognitif yang belum pernah kita hadapi sebelumnya.

Mendesaknya Regulasi Batasan

Karena ancaman ini, banyak negara dan organisasi global mulai menyerukan perlunya Neuro-Rights atau hak-hak saraf baru. Hak-hak ini mencakup:

  1. Hak atas Privasi Mental: Hak untuk menjaga Neurodata kita dari pengambilan atau penggunaan yang tidak sah.
  2. Hak atas Kebebasan Kognitif: Hak untuk membuat keputusan bebas dan otonom tanpa dimanipulasi oleh teknologi eksternal.
  3. Hak atas Identitas Mental: Hak untuk melindungi integritas mental kita dari perubahan teknologi tanpa persetujuan.

Chili adalah salah satu negara pertama di dunia yang mengintegrasikan perlindungan Neuro-Rights ke dalam konstitusi mereka, menunjukkan betapa seriusnya isu ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *